Reni Nursaeni
ABSTRAK
Pelajaran
sosiologi di SMA kebanyakan merupakan sebuah teori-teori hasil penelitian para
ahli sosiologi zaman dulu. Pebelajaran sosiologi di SMA sering dianggap membosankan
oleh sebagian siswa sehingga tidak ada motivasi siswa pada pelajaran sosiologi.
Namun terkadang guru harus mempunyai starategi atau model yang bisa menjadikan
pembelajaran sosiologi menjadi menyenangkan dan menjadikan peserta didik
termotivasi untuk belajar sosiologi salah satunya yaitu dengan Model
Pembelajaran Contextual Teaching and Learning. Pendekatan kontekstual
(contextual teaching and learning) merupakan konsep belajar yang dapat membantu
guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata. Pebelajaran merupakan suatu kegiatan yang
dirancang oleh guru agar siswa melakukan kegiatan belajar untuk mencapai tujuan
atau kompetensi yang diharapkan. Menurut Roucek dan Werren sosiologi adalah
ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok. Motivasi belajar
adalah suatu usaha yang didasari untuk menggerakkan, mengarahkan dan menjaga tingkah
laku seseorang. Terdapat beberapa materi-materi atau bahan pelajaran sosiologi
yang dapat dikaitkan dengan kehidupan nyata seperti materi Proses-proses Sosial,
Konflik sosial, nilai dan norma sosial, sosialisasi dan kepribadian, perilaku
penyimpang dan anti sosial, pengendalian sosial, lembaga sosial, stratifikasi
dan differensiasi sosial, dan multikulturalisme. Penerapan Model Contextual
Teaching and Learning merupakan salah satu model pembelajaran inovasi yang
mampu meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari sosiologi.
Keyword: Model Contextual Teaching and
Learning; Motivasi; Pembelajaran; Sosiologi
PENDAHULUAN
Pembelajaran Sosiologi
di Sekolah Menengah Atas (SMA) oleh sebagian siswa dianggap pembelajaran yang
membosankan, karena guru selalu terpaku kepada buku dan teori-teori yang ada di
dalam buku, hal ini yang membuat siswa kurang termotivasi dan kurangnya minat mempelajari
sosiologi secara mendalam. Teori-teori dan masalah-masalah sosial yang yang
dikaitkan dengan materi sosiologi kecenderungan peristiwa zaman dulu yang
kebanyakan siswa tidak tahu dan tidak mengalaminya sehingga inilah yang membuat
pembelajaran sosiologi sangat monoton. Dengan adanya permasalahan siswa ini, maka
guru sosiologi harus cerdas dalam menerapkan model seperti apa yang harus
diterapkan dalam pembelajaran siswa supaya bisa meningkatkan motivasi dan minat
siswa untuk belajar sosiologi. Untuk menjawab keterbatasan ilmu sosiologi maka
disini sebaiknya guru sosiologi menerapkan Model Pembelajaran Contextual
Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran sosiologi yaitu pembelajaran di
sekolah yang dapat membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan menerapkannya
dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat. Pembelajaran sosiologi
hubungannya sangat dekat dengan masyarakat karena masyarakat merupakan objek
kajian sosiologi yang selalu berkembang dan mengalami perubahan. Oleh karena
itu pebelajaran model CTL yang mengaitkan materi-materi sosiologi ke dalam
kehidupan nyata sangat cocok digunakan dalam pembelajaran sosiologi yang
materi-materinya selalu berkaitan dengan masyarakat dan kehidupannya. Dengan
adanya pembelajaran CTL diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan minat siswa
untuk belajar sosiologi. Pembelajaran sosiologi akan terserap oleh siswa jika
materi-materi yang menjadi pembahasan sosiologi dikaitkan dengan kenyataan
zaman sekarang sehingga dapat mendalami dan berkeinginan utuk mepelajarai
sosio;ogi lebih lanjut.
Model
Contextual Teaching and Learning (CTL) Guna Memotivasi Siswa Belajar Sosiologi
TINJAUAN
TEORITIS
1.
Pengertian Tentang Model Pembelajaran
Teaching and Learning
Menurut Zahorik, (1995)
(dalam Asep Jihad & Abdul Haris) Model pembelajaran kontekstual merupakan
rancangan pembelajaran yang dibangun atas dasar asumsi bahwa knowledge is constructed by human. Atas
dasar itu maka dikembangkan model pembelajaran konntruktivis, yang membuka
peluang seluas-luasnya kepada siswa untuk memberdayakan diri. Cara belajar yang
terbaik adalah siswa mengkontruksi sendiri secara aktif pemahamannya. Karena
itu kebiasaan guru “acting di panggung dan siswa menonton” harus dirubah
menjadi “siswa aktif bekerja dan belajar di panggung dan guru membimbingnya
dari dekat.”
Abdul
Majid (2013) strategi pembelajaran kontekstual merupakan suatu proses
pendidikan yang holistic dan tujuan memotivasi siswa untuk memahami makna
materi pelajaranyang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut terhadap
konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural)
sehingga memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara pleksibel
dapatditerapkan (ditrasfer) dari satu permasalahan/konteks ke permasalahan
lainnya.
Abdul
Majid (2013) Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning)
merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dalam penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga dan masyarakat. Konsep ini diharapkan lebih bermakna bagi
siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa
bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuandari guru ke siswa.
Strategi pembelajaran lebih dipentingkan dari pada hasil
Pembelajaran
di sekolah tidak hanya difokuskan pada pemberian pembekalan kemampuan
pengetahuan yang bersifat teoritis saja, akan tetapi bagaimana agar pengalaman
belajar yang dimiliki siswa senantiasa terkait dengan permasalahan-permasalahan
actual yang terjadi di lingkungannya, intinya pembelajarn CTL adalah
keterkaitan setiap materi atau topik pembelajaran dengan kehidupan nyata. (Tim
Pengembang MKDP, 2011:204)
Pengetahuan
teoritik secara baik oleh para siswa akan memfasilitasi kemampuan aplikatif
lebih baik pula. Demikian juga bagi guru, kemampuan melaksanakan proses pebelajaran
CTL yang baik akan membekali kemampuan para guru menerapkannya secara lebih
luas, tegas, dan penuh keyakinan, karena didasari oleh kemampuan konsep teori
yang kuat.
Pendekatan
kontekstual (contextual teaching and learning) merupakan konsep belajar yang
dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi
dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan menerapkannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota dan
masyarakat.
Oleh
sebab itu, melalui pendekatan CTL, mengajar bukan transformasi pengetahuan dari
guru kepada siswa dengan menghafal sejumlah konsep-konsep yang sepertinya
terlepas dari kehidupan nyata. Akan tetapi, lebih ditekankan pada upaya memfasilitasi
siswa untuk mencari kemampuan untuk bisa hidup (life skill) dari apa yang
dipelajarinya. Dengan demikian, pembelajaran akan lebih bermakna, seolah lebih
dekat dengan lingkungan masyarakat (bukan dekat dari segi fisik), akan tetapi
secara fungsional apa yang dipelajari disekolah senantiasa bersentuahan dengan
situasi dan permasalahan kehidupan yang terjadi di lingkungannya (keluarga dan
masyarakat). (Tim Pengembang MKDP, 2011:205)
a. Terdapat
Lima Elemen Belajar yang Kontruktif
Menurut
Zahorik (1995:14-22) (dalam Abdul Majid 2013), terdapat lima elemen yang harus
diperhatikan dalam praktik pembelajaan kontekstual.
·
Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada
(actifing knowledge).
·
Peerolehan pengetahuan baru (acquiring
knowledge) dengan cara mempelajari secara keseluruhan dulu, keudian
memperhatikan detailnya.
·
Pemahaman pengetahuan (understanding
knowledge), yaitu dengan cara menyusun konsep sementara (hipotesis). Melakukan
sharing kepada orang lain agar mendapat tanggapan (validasi) dan atas dasar
tanggapan itu, konsep tersebut direvisi dan dikembangkan.
·
Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman
tersebut (applying knowledge).
·
Melakukan refleksi (reflecting
knowledge) terhadap strategi pengebangan.
b. Langkah-Langkah
CTL
Abdul
Majid (2013) CTL dapat diterapkan dalam kurikulu apa saja, bidang studi apa
saja, dan kelas bagaimanapun keadaannya. Secara garis besar langkah-langkah
yang harus ditempuh dalam CTL adalah sebagai berikut:
·
Kembangkan pemikiran bahwa anak akan
belajar lebih bermakna dengan cara belajar sendiri, dan mengkontruksisendiri
pengetahuan dan keterampilan barunya.
·
Laksanakan sejauh mungkin kegiatan
inkuiri untuk semua topic.
·
Kembangkan sifat ingin tahu siswadengan
bertanya
·
Ciptakan masyarakat belajar
·
Hadirkan model sebagai contoh
pembelajaran.
c.
Karakteristik Pembelajaran CTL
Abdul Majid (2013)
Karakteristik yang terdapat dalam pembelajaran CTL adalah sebagai berikut:
·
Kerjasama
·
Saling menunjang
·
Menyenangkan, tidak membosankan
·
Belajar dengan bergairah
·
Pembelajaran terintegrasi
·
Menggunakan berbagai sumber
·
Siswa aktif
·
Sharing dengan teman
·
Siswa kritis dan guru kreatif dinding
dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel,
humor, dan lain-lain.
·
Laporan kepada orang tua bukan hanya
rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil pratikum, karangan siswa, dan
lai-lain.
d.
Perbedaan Model Pembelajaran Kontekstual
dan Model Pembelajaran Tradisonal
Asep Jihad & Abdul
Haris (2013) Ada beberapa perbedaan antara model pembelajaran kontekstual
dengan model pembelajaran tradisional adalah sebagai berikut:
Model
Kontekstual
|
Model
Tradisional
|
Orientasi Siswa
|
Orientasi Isi
|
Aktif-Kreatif
|
Pasif-Reseptif
|
Kooperatif
|
Individualistik
|
Realistik
|
Teoritik
|
Eksploratif
|
Preskriptif
|
Kesadaran Diri
|
Kebiasaan
|
Fungsional
|
Factual
|
Kontruktivis
|
Behavioris
|
PAP
|
PAN
|
Dari
perbedaan diatas tampak bahwa model pembelajaran kontekstual lebih menekankan
pada kebutuhan siswa, pemberdayaan potensi siswa, peningkatan kesadaran diri,
penyampaian ilmu-ilmu fungsional bagi kehidupan, dan penilaian yang mengukur
penguasaan ilmu secara tuintas. Hal itu berbeda dari model pembelajaran tradisional
yang lebih menekankan pada materi atau isi, dominan peran guru, peningkatan
pengetahuan, penyampaian pengetahuan yang factual, mengukur tingkah laku yang nyata,
dan menilai posisi siswa pada kelompoknya.
e.
Penerapan pembelajaran kontekstual di
kelas
Asep Jihad & Abdul
Haris (2013) dalam Penerapan pembelajaran kontekstual terdapat tujuh komponen
utama yang harus dilakukan secara sungguh-sungguh. Komponen yang dimaksud
adalah:
·
Kontruktivisme (Constructivisme)
Kontruktivisme
merupakan landasan filosofis yang mendasari model konstektual. Strategi
memperoleh lebih diutamakan dibandingkan dengan seberapa banyak siswa
memperoleh dan mengingat pengetahuannya.
·
Menemukan (Inquiry)
Ketika
kita menemukan sesuatu yang kita cari, daya inget kita akan lebih melekat
dibandingkan dengan orang lain yang menemukannya.
·
Bertanya (Questioning)
·
Bertanya dalam kegiatan pembelajaran
merupakan kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan
berpikir siswa.
·
Masyarakat Belajar (Learning Community)
Adanya
kultur akademik yang tinggi dimana semua sivitas dapat bekerjasama.
·
Pemodelan (Modeling)
Pemodelan
adalah pemberian contoh-contoh belajar, tindak atau perilaku guru yang
ditampilkan oleh guru selain itu juga pemodelan dilakukan oleh siswa.
·
Refleksi (Reflection)
Refleksi
adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir kebelakang
apa yang sudah dilakukan pada masa lalu.
·
Penilaian Sebenarnya (Autentic
Assessment)
Berperan
dalam memberikan gambarankeberhasilan siswa secara keseluruhan
2. Pengertian
Pembelajaran
Istilah pembelajaran
merupakan terjemahan dari kata “instruction”. Sering kali orang membedakan kata
pembelajaran dengan “pengajaran”. Akan tetapi tidak jarang pula orang
memberikan pengertian sama untuk kedua kata tersebut. Menurut Arif S Sadiman,
kata pembelajaran dan pengajaran dapat dibedakan pengertiannya. Kalau kata
pengajaran hanya ada didalam konteks guru0murid di kelas formal. Sedangkan kata
pembelajaran tidak hanya ada dalam konteks guru-murid di kelas formal, tetapi
juga meliputi kegiatan belajar mengajar yang tak dihadiri oleh guru secara
fisik. (Tim Pengembang MKDP, 2011:146)
Pebelajaran
merupakan suatu kegiatan yang dirancang oleh guru agar siswa melakukan kegiatan
belajar untuk mencapai tujuan atau kompetensi yang diharapkan. Dalam merancang
kegiatan pembelajaran ini, seorang guru mestinya memahami karakteristik siswa,
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai atau kopetensi yang harus dikuasai siswa,
materi ajar yang akan disampaikan, dan cara yang digunakan untuk mengemas
penyajian materi serta penggunaan bentuk dan jenis penilaian yang akan dipilih
untuk melakukan pengukuran terhadap tercapainya tujuan pembelajaran atau
kompetensi yang telah dimiliki siswa. ((Tim Pengembang MKDP, 2011:190)
3. Pengertian
Sosiologi menurut Para Ahli
a. Roucek
dan Werren mengemukakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan
antara manusia dalam kelompok.
b. Soerjono
Soekampto mengemukakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatiannya
pada segi kemasyarakatan yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan
pola-pola umum untuk kehidupan masyarakat.
c. William
Kornblum mendefinisikan sosiologi sebagai upaya ilmiah untuk mempelajari masyarakat
dan perilaku sosial anggota dan menjadikan asyarakat yang bersangkutan dalam
berbagai kelompok dan kondisi.
d. Allan
Johnson mendefinisikan sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari kehidupan dan
perilaku terutama dalam kaitannya dengan suatu system sosial dan bagaimana
system tersebut memengaruhi orang dan bagaimana pula orang yang terlibat di
dalamnya memengaruhi system itu.
e.
Mayor Polak mendefinisikan sosiologi
sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat sebagai keseluruhan, yakni
hubungan di antara manusia dan kelompok, kelompok dan kelompok, baik kelompok
formal maupun kelompok material atau baik kelompok statis maupun kelompok
dinamis.
(Malihah & Kolip, 2011, 2-3)
Jadi
pengertian sosiologi dilihat dari pendapat para ahli adalah ilmu yang mempelajari
hubungan antara manusia satu dan lainnya. Dalam mempelajari sosiologi banyak
sekali teori-teori sosiologi yang dicetuskan oleh para ahli sosiologi zaman
dahulu yang berkaitan dengan masalah-masalah yang terjadi zaman dulu. Oleh
karena itu dalam meningkatkan motivasi siswa pada pelajaran sosiologi guru
harus selalu mengkaitkan teori-teori dengan masalah-masalah sosial yang terjadi
saat ini supaya siswa juga bisa melihat langsung dan bahkan ada yang mengalami
masalah tersebut. Sehingga pengalaman siswa secara langsunglah yang menjadikan
pembelajaran itu bermakna bagi kehidupan siswa. Selain itu teori-teori yang ada
dalam pelajaran sosiologi bukan hanya angan-angan saja namun dalam realitas
kehidupan sekarangpun masih relevan dan bisa memberikan kepekaan kepada siswa
terhadap masalah-masalah sosioal yang ada di lingkungannya serta siswa mampu
menghadapi masalah-masalah itu secara cerdas.
4. Pengertian
Motivasi Belajar
Motivasi belajar adalah
suatu usaha yang didasari untuk menggerakkan, mengarahkan dan menjaga tingkah
laku seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga
mencapai hasil dan tujuan tertentu.
Menurut Clayton Alderfer (dalam
Nasar,2004:42) Motivasi belajar adalah kecenderungan siswa dalam melakukan
kegiatan belajar yang didorong oleh hasrat untuk mencapai prestasi atau hasil
belajar sebaik mungkin.
PEMBAHASAN
Pelajaran
sosiologi di SMA kebanyakan merupakan sebuah teori-teori hasil penelitian para
ahli sosiologi zaman dulu. Namun terkadang guru harus mempunyai starategi atau
model yang bisa menjadikan pembelajaran sosiologi menjadi menyenangkan dan
menjadikan peserta didik termotivasi untuk belajar sosiologi lebih dalam lagi.
Salah satu model yang bisa membuat siswa termotivasi untuk belajar sosiologi
adalah menggunakan model CTL yang memadukan antara teori-teori atau isi materi
pelajaran sosiologi di SMA dengan kehidupan nyata siswa sehingga belajar
sosiologi merupakan belajar yang menyenangkan karena bisa langsung mengamati
dan mencari tahu mengapa peristiwa itu terjadi. Siswa mengamati proses sosial
yang terjadi di masyarakat secara langsung menyaksikan dan bahkan mungkin
merasakan sendiri pengalaman itu bukan menurut cerita-cerita yang di ceritakan
oleh guru di dalam kelas namun siswa langsung mencari tahu dan bertanya serta
terjun langsung ke masyarakat. Dengan adanya pebelajaran CTL peserta didik
dapat terotivasi untuk mau belajar sosiologi karena belajar sosiologi adalah
belajar yang menyenangkan sebab berhubungan langsung dengan kehidupan
masyarakat sendiri. Belajar sosiologi bukan hanya belajar duduk di kelas dan
memperhatikan guru mentrasfer ilmunya namun belajar sosiologi adalah belajar di
masyarakat sekitar yang paling terdekat. Bahkan ada yang mengatakan bahwa main
ke mall, nongkrong di jalan, nongkrong di taman, naik mobil, dan lain-lain menurut
jurusan sosiologi di universitas-universitas merupakan proses belajar yaitu
belajar mengamati proses sosial karena memang laboratorium sosiologi adalam
masyarakat. Pengamatan-pengamatan yang dilakukan baik di sengaja maupun yang
tidak di sengaja merupakan proses belajar karena dalam model pembelajaran CTL
peserta didik di tuntut untuk belajar bermakna.
Dibawah
ini merupakan beberapa materi-materi atau bahan pelajaran sosiologi yang dapat
dikaitkan dengan kehidupan nyata.
No
|
Bahan/Isi Pelajaran Sosiologi
|
Kehidupan nyata
|
1.
|
Proses-proses Sosial:
Interaksi sosial
Komunikasi sosial
Proses sosial
Proses sosial asosiasif
Proses sosial disosiatif
Konflik sosial
|
a.
Interaksi sosial
Setiap saat dan setiap waktu kita
selalu berinteraksi dengan orang lain. Misalnya siswa berinteraksi dengan
guru, dengan temannya, dengan penjaga sekolah, dll. Materi interaksi ini bisa
dihubungkan dengan kehidupan siswa. Bagaimana siswa menciptakan hubungan yang
baik dengan pihak-pihak bersangkutan, menghormati kepada yang lebih tua dan
menghargai kepada sesama. Setelah siswa melakukan interaksi dengan pihak
terkait, siswa menceritakan dan guru membimbingnya. Hal-hal seperti ini bisa
lebih mengingat siswa bahwa adanya materi interaksi sosial di dalam
pembelajaran sosiologi daripada guru menjelaskan pengertian “interaksi
adalah”, “interaksi yaitu” dan lain sebagainya.
b.
Komunikasi sosial
Komunikasi siswa bisa mengamati dan
merasakan sendiri bagaimana komunikasi dengan temannya, orang tua, guru, dll.
Baik komunikasi langsung tatap muka maupun komunikasi melalui hp, internet
dll. Mengamati orang lain berkomunikasi, bagaimana siswa berkomunikasi, siswa
dapat merasakannya sendiri.
Guru memberikan contoh kasus yang
terjadi sekarang seperti dulu alat komunikasi berupa surat menyurat yang
membutuhkan waktu lama untuk mendapat jawabah naun sekarang bisa memakai hp
dengan aplikasi bbm, line, video call
dan lain-lain.
c.
Proses sosial asosiasif
Kerjasama, akomodasi (penyelesaian
masalah), asimilasi (mengurangi perbedaan-perbedaan). Siswa bisa merasakan
dan mengalami bagaimana kerjasama yang baik seringkali siswa membuat tugas
kelompok, bagaimana akomodasi atau penyelesaian masalah diantara siswa dengan
teman sehingga tidak adanya rasa dendam dan ada pihak yang dirugikan.
Asimilasi/ mengurangi perbedaan diantara teman, kita harus mepunyai sikap
yang ramah meskipun teman kita berbeda dan lain-lain. Pengalaman-pengalaman
siswa seperti inilah yang akan di ingat siswa.
Guru memberikan contoh kasus yang
terjadi sekarang seperti penyelesaian masalah kasus KPK vs POLRI
d.
Proses sosial disosiatif
Persaingan, kontravensi dan pertikaian
yang sering terjadi di sekitar siswa, baik itu sama teman sekelas, kakak
kelas, di rumah, di media sosial
Guru memberi pebelajaran: siswa
mengamati, mencari tahu penyebabnya, penyelesaiannya seperti apa. Sehingga
siswa tidak melakukan tindak disosiasi.
Guru memberikan contoh kasus yang
terjadi sekarang seperti pencemaran nama baik yang sering terjadi dikalangan
artis Indonesia. Pencemaran nama baik di facebook
dan media sosial lainnya.
e.
Konflik sosial
Konflik sering terjadi dikalangan SMA
apalagi mereka memasuki masa-masa labil sehingga banyak sekali konfik.
Konflik yang sering terjadi yaitu perebutan pacar, memikirkan melanjutkan
sekolah (konflik pribadi). Bagaimana siswa itu bisa mengamati konflik di
lingkungannya dan konflik temannya serta bisa mengatasi konfliknya sendiri.
Guru memberikan contoh kasus yang
terjadi sekarang seperti tawuran antar sekolah
|
2.
|
Nilai dan norma:
|
Nilai: sesuatu yang dianggap berharga
Norma: aturan
Banyak sekali sesuatu yang dihargai
baik itu di sekolah, keluarga, masyarakat dll. Siswa yang pintar, dan nilainya
bagus akan di hargai.
Di sekolah juga terdapat norma yang
mengatur seperti tata tertib sekolah, aturan di rumah, aturan di masyarakat.
Siswa dapat mengamati dan mencari tahu nilai dan norma dikaitkan dengan
materi nilai dan norma. Sudahkan siswa mendapat perhargaan atau tidak
melaksanakan tata tertib sekolah? Banyak siswa yang melanggar tata tertib.
Guru memberikan contoh kasus yang
terjadi sekarang seperti zaman dulu keturunan raja sangat di hormati dan
memiliki hak istimewa namun sekarang telah berkurang.
|
3.
|
Sosialisasi dan pembentukan
kerpribadian
|
Sosialisasi bisa mepengaruhi
kepribadian. Sosialisasi yang baik akan menghasilkan pribadi yang baik.
Sosialisasi dapat dilakukan oleh keluarga (menanamkan nilai-nilai yang baik).
Siswa mengamati dan mencari tahu bagaimana jika ada keluarga yang
sosialisasinya tidak sempurna akibatnya yaitu perceraian, broken home, dll. Pengaruh lingkungan
juga mempengaruhi siswa seperti hidup di lingkungan pencuri maka akan
mencuri, hidup di lingkungan agamis maka akan berperilaku agamis, dan
lain-lain.
Guru memberikan contoh kasus yang
terjadi sekarang seperti broken home,
anak yang di tinggal ibunya menjadi TKW.
|
4.
|
Perilaku menyimpang dan anti sosial
|
Perilaku menyimpang sangat banyak
terjadi di masyarakat, keluarga, sekolah. Dan banyak juga orang-orang yang
anti sosial dan acuh tak acuh kepada lingkungan sekitar. Siswa bisa mengamati
dan mencari tahu serta peka terhadapa masalah-masalah sosial dan kritis serta
memberikan solusi untuk permasalahan sosial.
Guru memberikan contoh kasus yang
terjadi sekarang seperti pelanggaran lalu lintas, narkoba dan lain-lain.
|
5.
|
Pengendalian sosial
|
Alat control untuk mengendalikan
tingkah laku. Seperti pihak kepolisisan. Siswa dapat meneliti dan mencari
tahu peran polisi, tugas dan wewenangnya.
|
6.
|
Lembaga kemasyarakatan
|
Banyak sekali lembaga kemasyarakatan.
Siswa bisa mencari tahu bagaimana peran, fungsi lembaga tersebut. Dan apakah
lembaga tersebut telah menjalankan fungsi dan tugasnya dengan baik.
Guru memberikan contoh kasus yang
terjadi sekarang seperti lembaga perkawinan, lembaga pendidikan, pemerintahan
dan lain-lain.
|
7.
|
Stratifikasi dan differensiasi
|
Stratifikasi: kekayaan, kekuasaan,
telas menjadikan adanya kelas-kelas sosial di masyarakat. Siswa dapat
mengamati dan mencari tahu adanya kesenjangan antara si kaya dan si miskin,
penyelewengan kekuasaan terutama dalam keadilan, dll.
Differensiasi: ras, agama, suku
bangsa. Tidak ada yang lebih tinggi melainkan semuanya setara. Siswa bisa
mengamati dan mencari tahu adanya suku dan agama yang berbeda-beda di
sekitar kelasnya dan bagaimana cara menyikapi
perbedaan itu.
Guru memberikan contoh kasus yang
terjadi sekarang seperti karena pendidikan seseorang jadi dihargai dan di
hormati serta naik ke strata atas.
|
8.
|
Mobilitas sosial
|
Mobilitas sosial sering kali terjadi
terutama perpindahan masyarakat desa ke kota, lahan-lahan yang banyak
dijadikan pabrik dan lain-lain. Siswa bisa mengamati dan mencari tahu kenapa
itu bisa terjadi.
Guru memberikan contoh kasus yang
terjadi sekarang seperti urbanisasi
|
9.
|
Multicultural
|
Negara kita adalah negala
multicultural bagaimana siswa bisa saling enghormati, menghargai di atas
perbedaan. Dan menghilangkan sikap etnosentrisme, prasangka buruk dan
lain-lain hingga bisa hidup bersama dengan damai.
Guru memberikan contoh kasus yang
terjadi sekarang seperti di kelas terdapat siswa yang berasal dari NTT, suku
Jawa, suku Batak.
|
Dengan
pembelajaran yang melibatkan siswa melakukan sendiri dan mengkaitkan materi
bahan pelajaran sosiologi atau teori-teori sosiologi dengan kehidupan nyata
siswa maka akan menjadikan pembelajran tersebut selalu diingat. Berbeda halnya
dengan guru hanya sekedar menyampaikan teori di kelas dengan contoh-contoh
kasus terdahulu yang sama sekali siswa tidak mengetahuinya dan tidak terlibat
langsung sehingga hanya hapalan-hapalan saja yang tidak tahan lama dalam
ingatan siswa.
KESIMPULAN
Penerapan Model
Contextual Teaching and Learning merupakan salah satu model pembelajaran
inovasi yang mampu meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari sosiologi.
Kemampuan guru dan kreatifitas guru untuk mengkaitkan teori dengan kenyataan
yang sekarang terjadi sangat menentukan tingkat motivasi siswa pada
pembelajaran sosiologi. Dengan menerapkan model CTL siswa dapat belajar
bermakna karena terlibat langsung dengan masyarakat sekitar yang menjadi
laboratorium pelajaran sosiologi. Meskipun pembelajaran sosiologi termasuk
kedalam rumpun ilmu –ilmu sosial (IIS) yang kerapkali dipandang sebelah mata
dengan strategi pelaksanaan pembelajan kebanyak guru di lapangan menerapkan
metode ceramah, namun pada masa ini pembelajaran sosiologi telah mendapatkan
model yang tepat untuk pembelajaran sosiologi yaitu model Contextual Teaching
and Learning sehingga bisa meningkatkan motivasi siswa untuk mempelajari
sosiologi.