DESA BALIDA
Hasil Pengamatan saya selaku warga Desa Balida Kecamatan Dawuan Kabupaten Majalengka dan sudah hidup selama 20 tahun . Pengamatn ini untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sosiologi Pedesaan. Saya hanya menuliskan apa yang saya lihat sebagai fakta yang ada di Desa Balida yang sangat saya Cintai.
A.
Karakteristik
Desa
Balida adalah salah satu desa yang berada di Kabupaten Majalengka, tepatnya di
Kecamatan Dawuan Kabupaten Majalengka Jawa Barat, masyarakatnya sebagian besar
bekerja di sektor pertanian. Biasanya masyarakat memanen padi sebanyak 2x dalam
1 tahun. Selain bertani terdapat juga masyarakat yang berdagang, pekerja pabrik
dan buruh terutama buruh pembuatan Genteng. Mayoritas masyarakatnya beragama
Islam. Desa Balida memiliki keunikan yaitu dalam penamaan Blok/dusun menggunakan
nama-nama hari. Desa Balida terdiri dari 7 (tujuh) Blok/dusun yaitu Blok Senin,
Blok Selasa, Blok Rabu, Blok Kamis, Blok Jumat, Blok Sabtu dan Blok minggu. Ada
beberapa fasilitas di Desa Balida seperti Balai Desa, Mesjid, Puskesmas,
Lapangan, Sekolah SD, Sekolah MTS.
Desa
Balida termasuk desa Swakarya yaitu peralihan atau transisi dari desa swadaya
menuju desa swasembada dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Kebiasaan
atau adat istiadat sudah tidak mengikat penuh
Adat istiadat yang
dahulu sangat kental kini mulai melonggar, masyarakat mulai meninggalkan
kebiasaan dan adat istiadat yang ada di desanya.
2. Sudah
mulai mempergunakan alat-alat dan teknologi
Masyarakat dalam
bertani menggunakan alat yaitu cangkul, dan berubah dari yang tadinya memakai
hewan kerbau untuk membajak sawah menjadi traktor karena pengaruh teknologi.
Selain itu permainan tradisional seperti main karet, “engklek-engklekan”,
“dadaluan”, dll digantikan dengan permainan-permainan yang ada di hp. Dibidang
elektronik lainnya yaitu televisi yang dulu masyarakat hanya mempunyai tv hitam
putih sekarang hampir semua masyarakat desa balida menggunakan tv berwarna.
Dalam hal memasak dahulu masyarakat menggunakan “hawu” kemudian beralih ke
kompor minyak dan sekarang menggunakan kompor gas dan magicom, dll. Untuk mengangkut padi dan pergi kesawah dahulu
berjalan kaki dan naik sepeda sekarang sudah memakai motor dan ada sebagian
lagi yang sudah memakai mobil.
3. Desa
swakarya sudah tidak terisolasi lagi walau letaknya jauh dari pusat
perekonomian
Meskipun jauh dari
pasar namun masyarakat bisa membeli kebutuhannya dengan memakai kendaraan
seperti motor sehingga tidak terisolasi.
4. Telah
memiliki tingkat perekonomian pendidikan, jalur lalu lintas dan prasarana lain
Pendidikan pun telah
meningkat, ketika zaman dulu hanya tamatan SD atau bahkan ada yang tidak
sekolah namun sekarang sudah mulai banyak yang bersekolah sampai SMA dan hanya
dengan itungan jari yang bisa kuliah di perguruan tinggi. Prasarana lain yaitu
mulai dibangunnya puskesmas Balida dan tempat belanja seperti Alfamart dll.
5. Jalur
lalu lintas antara desa dan kota sudah lumayan lancar.
Lalu lintas antar kota
dan desa juga lumayan lancar karena masyarakat mulai memiliki kendaraan
sehingga mempermuda memenuhi kebutuhan hidup.
B.
Nilai-nilai
yang Masih Kuat
1. Nilai
Keagamaan: Shalat, puasa, menunaikan ibadah haji, idul fitri, idul adha,
berkurban, dan akikah.
2. Kepercayaan
a) Upacara
perkawinan: dalam menentukan tanggal, hari, bulan yang baik untuk menikah harus
bertanya kepada orang yang tahu. Biasanya menggunakan tanggal kelahiran, hari
kelahiran yang disebut dengan “weuweudalan”.
b) Ngayun:
“Ngayun” adalah sebuah acara syukuran atas bayi yang lahir. Ada beberapa acara
dalam “ngayun” yaitu bayi di bawa keluar dengan mengubu “peundeuy” dan kunyit Selanjutnya
diadakan “sawer” uang dan premen yang dicampur dengan beras di dalam “kati”
(batok kelapa yang dibuat cekung ¼ lingkaran). Setelah selesai bayi dibawa ke
dalam rumah untuk di tindik telinganya, di sunat dan terakhir di “Ayun” menggunakan
kain “samping” yang diberi tali dilawang pintu.
c) Sunatan:
di Desa Balida Sunatan di sebut “Nyunatan”, biasanya untuk acara sunatan ini
harus menanyakan hari, tanggal, bulan yang baik kepada orang yang dianggap bisa.
Didalam acara “Nyunatan” biasanya suka mengundang “Kuda Renggong”. Satu hari
sebelum anak di sunat biasanya datang ke “Buyut” yaitu ke juru kunci “Buyut”
untuk meminta izin ke makam leluhur Desa Balida dengan membawa “sesajen”. Hal
ini dilakukan agar acara sunatannya lancar dan anak yang akan di sunat tidak
mengalami kegagalan dalam anggota tubuh yang di sunat. Di dalam acara sunatan
juga ada yang namanya “ngelar” yaitu anak yang akan disunat di dandani layaknya
seorang ksatria atau Gatot Kaca sambil menaiki “Kuda Renggong” yang dilengkapi
dengan music dan penyanyi yang disebut “Sinden”, kemudian diarak mengelilingi
Desa. Dalam pelaksanaan “Ngelar” ada beberapa tempat yang harus di kunjungi dan
wajib di kunjungi yaitu “Buyut Santi”, “Buyut Nyata”, dan “Buyut Nyi Rambut
Kasih”. “Buyut adalah ruangan kecil yang di dalamnya terdapat makam para
leluhur desa. Di “Buyut” anak sunatan dan keluarga lainnya membacakan doa-doa.
Setelah selesai berdoa anak sunatan harus menginjak telur kemudian cuci kaki.
Setelah itu “Ngelar” dilanjutkan lagi yaitu mengunjungi Balai Desa Balida atau
di sebut juga “Bale”. Ketika rombongan “Kuda Renggong” 5 meter akan sampai di
alun-alun “Bale” desa maka lagu dan musiknya harus lagu “Engklek” yaitu sebuah
lagu kesukaan leluhur. Jika “Sinden” tidak menyanyikan lagu “Engklek” maka akan
ada yang masukan atau “kesurupan” baik itu penonton maupun rombongan “Ngelar”.
Setelah itu rombongan “Ngelar kembali ke rumah hajat.
d) Babanton:
“Babanton” adalah kegiatan yang dilakukan bersama-sama dalam suatu acara
hajatan. Biasanya acara ini dilakukan ketika tetangga atau keluarga dekat
mempunyai suatu acara baik resepsi pernikahan maupun sunatan. “Babanton”
dilakukan dengan suka rela dan saling gotong royong. Terdapat beberapa yang
dilakukan dalam “Banbanton” biasanya laki-laki menyiapkan kursi, meja,
sonsistem, dan membuat “papayon” yaitu tenda yang biasa ada dalam resepsi
pernikahan maupun sunatan. Sedangkan perempuan menyiapkan hidangan-hidangan
yang enak, cuci piring dll.
“Babanton” ini hanya
ada di pedesaan, karena diperkotaan sebagian besar sudah jarang dilakukan dan
di ganti dengan memesan “ketring” untuk acara-acara besar.
e) Ibu
hamil harus mandi ketika ada gerhana: sampai saat ini ketika ada gerhana datang
maka ibu hamil akan mandi ketika itu juga karena ada kepercayaan jika tidak mandi
maka anaknya akan cacat. Terutama anaknya akan ada tanda hitam yang besar baik
itu dimuka maupun di leher dll.
f) Ondangan:
“Ondangan” artinya undangan. Ketika ada saudara dekat mengadakan hajatan maka
masyarakat Balida suka melakukan “ondangan”. “Ondangan” sendiri bisa berupa:
beras, kerupuk, kue-kue, uang, dan lain-lain. Orang yang melakukan “ondangan”
berarti dia telah memiliki piutang dari orang lain, sistemnya harus dlunasin
dan dibayar dengan barang ataupun uang yang jumlahnya sama. Misalnya “Ondangan”
5kg beras maka harus ditebus dengan 5kg beras lagi.
C.
Nilai-nilai
yang Mulai Ditinggalkan
1. Kepercayaan:
1) “Nyungsung”
pada hari raya: yaitu pemberian sesajen pada arwah leluhur atau nenek, kakek
yang telah meninggal yang dilakukan pada malam takbiran menjelang lebaran.
Sesajen yang diberika yaitu ayam panggang tanpa dipotong-potong yang disebut
“Bakakak”, makanan-makanan pelengkap lainnya seperti “ranginang”, “opak”,
“kadas” dan minum-minuman seperti air gula merah dicampur iris pisang.
2) Munjung:
salah satu kegiatan yang ada di Desa Balida yaitu dengan cara mengunjungi
“Buyut” tempat leluhur dimakamkan. Munjung dilaksanakan pada hari jumat dengan
membawa nasi tumpeng yang isi dalamnya terdapat: telur, tahu, bumbu kelapa dan
ikan asin (pepetek tanjan) yang dicampur di dalam nasi tumpeng. Peralatan yang
dibawa ke “Buyut” yaitu mangkuk untuk diisi sop sayur (angeun) yang dibuat oleh
pihak panitia yang ada di “buyut” yang dipercaya membawa keberkahan. Selain itu
membawa air dalam botol kemudian diberi doa-doa (cai hadoroh), kemudian air itu
dibawa pulang kerumah dan dipakai untuk merendam padi yang akan menjadi benih
untuk di tanam di sawah. “Munjung” dilakukan menjelang musim penghujan
(reundeng) karena pergantian dari musim kemarau ke musim penghujan selalu
telat. Contohnya kemarau panjang. Oleh sebab itu masyarakat desa Balida
melakukan “munjung”
3) Pergi
ke Dukun ketika sakit: pergi kedukun ketika sakit atau ada masalah sudah mulai
di tinggalkan meskipun masih ada beberapa warga yang masih percaya kepada
dukun.
2. Gotong
royong: gotong royong atau kerja bakti sudah mulai memudar dan jarang sekali di
laksanakan di Desa Balida. Dahulu desa ini sering sekali kerja bakti seperti
membersihkan solokan atau di sebut “kakalen” dari sampah-sampah. Namun sekarang
sudah jarang sekali dilakukan.
3. Siskamling
(Ronda Malam) sudah mulai ditinggalkan. Orang-orang yang melakukan ronda malam
mempunyai kebiasaan tersendiri yaitu memukul tiang listrik sebanyak 3x
menandakan bahwa ronda malam akan segera selesai atau orang-orang yang telah
melakukan ronda malam bergegas pulang dan memukul tiang listrik sebanyak 3x.
D.
Nilai-nilai
yang Sudah Hilang
1) Nyungsung
malam jumat: “nyungsung” yang dilakukan pada malam jumat sekarang sudah tidak
adalagi karena ada ajaran agama yang melarang melakukan “nyungsung” karena
dianggap menyekutukan Tuhan.
2) Upacara
Tujuh Bulanan: uapacar tujuh bulanan ini dilakukan oleh ibu hamil yang usia
kandungannya sudah 7 bulan.
Semoga
tulisan ini bisa bermanfaat untuk semuanya. Mohon maaf apabila terdapat
kesalahan karena saya masih belajar. Terima kasih
Assalamualaikum wrb salam persaudaraan,perkenalkan saya Sri Wulandari asal jambi,maaf sebelumnya saya hanya mau berbagi pengalaman kepada saudara(i) yang sedang dalam masalah apapun,sebelumnya saya mau bercerita sedikit tentang masalah saya,dulu saya hanya penjual campuran yang bermodalkan hutang di Bank BRI,saya seorang janda dua anak penghasilan hanya bisa dipakai untuk makan anak saya putus sekolah dikarenakan tidk ada biaya,saya sempat stres dan putus asa menjalani hidup tapi tiap kali saya lihat anak saya,saya selalu semangat.saya tidak lupa berdoa dan minta petunjuk kepada yang maha kuasa,tampa sengaja saya buka internet dan tidak sengaja saya mendapat nomor tlpon Aki Sulaiman,awalnya saya Cuma iseng2 menghubungi Aki saya dikasi solusi tapi awalnya saya sangat ragu tapi saya coba jalani apa yang beliau katakan dengan bermodalkan bismillah saya ikut saran Aki Sulaiman saya di ritualkan dana gaib selama 3 malam ritual,setelah rituialnya selesai,subahanallah dana sebesar 2M ada di dalam rekening saya.alhamdulillah sekarang saya bersyukur hutang di Bank lunas dan saya punya toko elektronik yang bisa dibilang besar dan anak saya juga lanjut sekolah,sumpah demi Allah ini nyata tampa karangan apapun,bagi teman2 yang mau berhubungan dengan Aki Sulaiman silahkan hub 085216479327 insya Allah beliau akan berikan solusi apapun masalah anda mudah2han pengalaman saya bisa menginspirasi kalian semua,Assalamualaikum wrb.JIKA BERMINAT SILAHKAN HUB AKI SULAIMAN 085-216-479-327,TAMPA TUMBAL,TIDAK ADA RESIKO APAPUN(AMAN) .
BalasHapus