Rabu, 09 Maret 2016

REI NURSAENI PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING


Reni Nursaeni


ABSTRAK
Pelajaran sosiologi di SMA kebanyakan merupakan sebuah teori-teori hasil penelitian para ahli sosiologi zaman dulu. Pebelajaran sosiologi di SMA sering dianggap membosankan oleh sebagian siswa sehingga tidak ada motivasi siswa pada pelajaran sosiologi. Namun terkadang guru harus mempunyai starategi atau model yang bisa menjadikan pembelajaran sosiologi menjadi menyenangkan dan menjadikan peserta didik termotivasi untuk belajar sosiologi salah satunya yaitu dengan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning. Pendekatan kontekstual (contextual teaching and learning) merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata.  Pebelajaran merupakan suatu kegiatan yang dirancang oleh guru agar siswa melakukan kegiatan belajar untuk mencapai tujuan atau kompetensi yang diharapkan. Menurut Roucek dan Werren sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok. Motivasi belajar adalah suatu usaha yang didasari untuk menggerakkan, mengarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang. Terdapat beberapa materi-materi atau bahan pelajaran sosiologi yang dapat dikaitkan dengan kehidupan nyata seperti materi Proses-proses Sosial, Konflik sosial, nilai dan norma sosial, sosialisasi dan kepribadian, perilaku penyimpang dan anti sosial, pengendalian sosial, lembaga sosial, stratifikasi dan differensiasi sosial, dan multikulturalisme. Penerapan Model Contextual Teaching and Learning merupakan salah satu model pembelajaran inovasi yang mampu meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari sosiologi.
Keyword: Model Contextual Teaching and Learning; Motivasi; Pembelajaran; Sosiologi
PENDAHULUAN
Pembelajaran Sosiologi di Sekolah Menengah Atas (SMA) oleh sebagian siswa dianggap pembelajaran yang membosankan, karena guru selalu terpaku kepada buku dan teori-teori yang ada di dalam buku, hal ini yang membuat siswa kurang termotivasi dan kurangnya minat mempelajari sosiologi secara mendalam. Teori-teori dan masalah-masalah sosial yang yang dikaitkan dengan materi sosiologi kecenderungan peristiwa zaman dulu yang kebanyakan siswa tidak tahu dan tidak mengalaminya sehingga inilah yang membuat pembelajaran sosiologi sangat monoton. Dengan adanya permasalahan siswa ini, maka guru sosiologi harus cerdas dalam menerapkan model seperti apa yang harus diterapkan dalam pembelajaran siswa supaya bisa meningkatkan motivasi dan minat siswa untuk belajar sosiologi. Untuk menjawab keterbatasan ilmu sosiologi maka disini sebaiknya guru sosiologi menerapkan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran sosiologi yaitu pembelajaran di sekolah  yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan menerapkannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat. Pembelajaran sosiologi hubungannya sangat dekat dengan masyarakat karena masyarakat merupakan objek kajian sosiologi yang selalu berkembang dan mengalami perubahan. Oleh karena itu pebelajaran model CTL yang mengaitkan materi-materi sosiologi ke dalam kehidupan nyata sangat cocok digunakan dalam pembelajaran sosiologi yang materi-materinya selalu berkaitan dengan masyarakat dan kehidupannya. Dengan adanya pembelajaran CTL diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan minat siswa untuk belajar sosiologi. Pembelajaran sosiologi akan terserap oleh siswa jika materi-materi yang menjadi pembahasan sosiologi dikaitkan dengan kenyataan zaman sekarang sehingga dapat mendalami dan berkeinginan utuk mepelajarai sosio;ogi lebih lanjut.

Model Contextual Teaching and Learning (CTL) Guna Memotivasi Siswa Belajar Sosiologi

TINJAUAN TEORITIS
1.            Pengertian Tentang Model Pembelajaran Teaching and Learning
Menurut Zahorik, (1995) (dalam Asep Jihad & Abdul Haris) Model pembelajaran kontekstual merupakan rancangan pembelajaran yang dibangun atas dasar asumsi bahwa knowledge is constructed by human. Atas dasar itu maka dikembangkan model pembelajaran konntruktivis, yang membuka peluang seluas-luasnya kepada siswa untuk memberdayakan diri. Cara belajar yang terbaik adalah siswa mengkontruksi sendiri secara aktif pemahamannya. Karena itu kebiasaan guru “acting di panggung dan siswa menonton” harus dirubah menjadi “siswa aktif bekerja dan belajar di panggung dan guru membimbingnya dari dekat.”
Abdul Majid (2013) strategi pembelajaran kontekstual merupakan suatu proses pendidikan yang holistic dan tujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaranyang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara pleksibel dapatditerapkan (ditrasfer) dari satu permasalahan/konteks ke permasalahan lainnya.
Abdul Majid (2013) Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dalam penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Konsep ini diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuandari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan dari pada hasil
Pembelajaran di sekolah tidak hanya difokuskan pada pemberian pembekalan kemampuan pengetahuan yang bersifat teoritis saja, akan tetapi bagaimana agar pengalaman belajar yang dimiliki siswa senantiasa terkait dengan permasalahan-permasalahan actual yang terjadi di lingkungannya, intinya pembelajarn CTL adalah keterkaitan setiap materi atau topik pembelajaran dengan kehidupan nyata. (Tim Pengembang MKDP, 2011:204)
Pengetahuan teoritik secara baik oleh para siswa akan memfasilitasi kemampuan aplikatif lebih baik pula. Demikian juga bagi guru, kemampuan melaksanakan proses pebelajaran CTL yang baik akan membekali kemampuan para guru menerapkannya secara lebih luas, tegas, dan penuh keyakinan, karena didasari oleh kemampuan konsep teori yang kuat.
Pendekatan kontekstual (contextual teaching and learning) merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan menerapkannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota dan masyarakat.  
Oleh sebab itu, melalui pendekatan CTL, mengajar bukan transformasi pengetahuan dari guru kepada siswa dengan menghafal sejumlah konsep-konsep yang sepertinya terlepas dari kehidupan nyata. Akan tetapi, lebih ditekankan pada upaya memfasilitasi siswa untuk mencari kemampuan untuk bisa hidup (life skill) dari apa yang dipelajarinya. Dengan demikian, pembelajaran akan lebih bermakna, seolah lebih dekat dengan lingkungan masyarakat (bukan dekat dari segi fisik), akan tetapi secara fungsional apa yang dipelajari disekolah senantiasa bersentuahan dengan situasi dan permasalahan kehidupan yang terjadi di lingkungannya (keluarga dan masyarakat). (Tim Pengembang MKDP, 2011:205)
a.       Terdapat Lima Elemen Belajar yang Kontruktif
Menurut Zahorik (1995:14-22) (dalam Abdul Majid 2013), terdapat lima elemen yang harus diperhatikan dalam praktik pembelajaan kontekstual.
·         Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (actifing knowledge).
·         Peerolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge) dengan cara mempelajari secara keseluruhan dulu, keudian memperhatikan detailnya.
·         Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), yaitu dengan cara menyusun konsep sementara (hipotesis). Melakukan sharing kepada orang lain agar mendapat tanggapan (validasi) dan atas dasar tanggapan itu, konsep tersebut direvisi dan dikembangkan.
·         Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge).
·         Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengebangan.
b.      Langkah-Langkah CTL
Abdul Majid (2013) CTL dapat diterapkan dalam kurikulu apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas bagaimanapun keadaannya. Secara garis besar langkah-langkah yang harus ditempuh dalam CTL adalah sebagai berikut:
·         Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara belajar sendiri, dan mengkontruksisendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
·         Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topic.
·         Kembangkan sifat ingin tahu siswadengan bertanya
·         Ciptakan masyarakat belajar
·         Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.

c.       Karakteristik Pembelajaran CTL
Abdul Majid (2013) Karakteristik yang terdapat dalam pembelajaran CTL adalah sebagai berikut:
·         Kerjasama
·         Saling menunjang
·         Menyenangkan, tidak membosankan
·         Belajar dengan bergairah
·         Pembelajaran terintegrasi
·         Menggunakan berbagai sumber
·         Siswa aktif
·         Sharing dengan teman
·         Siswa kritis dan guru kreatif dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor, dan lain-lain.
·         Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil pratikum, karangan siswa, dan lai-lain.

d.      Perbedaan Model Pembelajaran Kontekstual dan Model Pembelajaran Tradisonal
Asep Jihad & Abdul Haris (2013) Ada beberapa perbedaan antara model pembelajaran kontekstual dengan model pembelajaran tradisional adalah sebagai berikut:
Model Kontekstual
Model Tradisional
Orientasi Siswa
Orientasi Isi
Aktif-Kreatif
Pasif-Reseptif
Kooperatif
Individualistik
Realistik
Teoritik
Eksploratif
Preskriptif
Kesadaran Diri
Kebiasaan
Fungsional
Factual
Kontruktivis
Behavioris
PAP
PAN
Dari perbedaan diatas tampak bahwa model pembelajaran kontekstual lebih menekankan pada kebutuhan siswa, pemberdayaan potensi siswa, peningkatan kesadaran diri, penyampaian ilmu-ilmu fungsional bagi kehidupan, dan penilaian yang mengukur penguasaan ilmu secara tuintas. Hal itu berbeda dari model pembelajaran tradisional yang lebih menekankan pada materi atau isi, dominan peran guru, peningkatan pengetahuan, penyampaian pengetahuan yang factual, mengukur tingkah laku yang nyata, dan menilai posisi siswa pada kelompoknya.
e.       Penerapan pembelajaran kontekstual di kelas
Asep Jihad & Abdul Haris (2013) dalam Penerapan pembelajaran kontekstual terdapat tujuh komponen utama yang harus dilakukan secara sungguh-sungguh. Komponen yang dimaksud adalah:
·         Kontruktivisme (Constructivisme)
Kontruktivisme merupakan landasan filosofis yang mendasari model konstektual. Strategi memperoleh lebih diutamakan dibandingkan dengan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuannya.
·         Menemukan (Inquiry)
Ketika kita menemukan sesuatu yang kita cari, daya inget kita akan lebih melekat dibandingkan dengan orang lain yang menemukannya.
·         Bertanya (Questioning)
·         Bertanya dalam kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa.
·         Masyarakat Belajar (Learning Community)
Adanya kultur akademik yang tinggi dimana semua sivitas dapat bekerjasama.
·         Pemodelan (Modeling)
Pemodelan adalah pemberian contoh-contoh belajar, tindak atau perilaku guru yang ditampilkan oleh guru selain itu juga pemodelan dilakukan oleh siswa.
·         Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir kebelakang apa yang sudah dilakukan pada masa lalu.
·         Penilaian Sebenarnya (Autentic Assessment)
Berperan dalam memberikan gambarankeberhasilan siswa secara keseluruhan

2.      Pengertian Pembelajaran
Istilah pembelajaran merupakan terjemahan dari kata “instruction”. Sering kali orang membedakan kata pembelajaran dengan “pengajaran”. Akan tetapi tidak jarang pula orang memberikan pengertian sama untuk kedua kata tersebut. Menurut Arif S Sadiman, kata pembelajaran dan pengajaran dapat dibedakan pengertiannya. Kalau kata pengajaran hanya ada didalam konteks guru0murid di kelas formal. Sedangkan kata pembelajaran tidak hanya ada dalam konteks guru-murid di kelas formal, tetapi juga meliputi kegiatan belajar mengajar yang tak dihadiri oleh guru secara fisik. (Tim Pengembang MKDP, 2011:146)
Pebelajaran merupakan suatu kegiatan yang dirancang oleh guru agar siswa melakukan kegiatan belajar untuk mencapai tujuan atau kompetensi yang diharapkan. Dalam merancang kegiatan pembelajaran ini, seorang guru mestinya memahami karakteristik siswa, tujuan pembelajaran yang ingin dicapai atau kopetensi yang harus dikuasai siswa, materi ajar yang akan disampaikan, dan cara yang digunakan untuk mengemas penyajian materi serta penggunaan bentuk dan jenis penilaian yang akan dipilih untuk melakukan pengukuran terhadap tercapainya tujuan pembelajaran atau kompetensi yang telah dimiliki siswa. ((Tim Pengembang MKDP, 2011:190)
3.      Pengertian Sosiologi menurut Para Ahli
a.       Roucek dan Werren mengemukakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok.
b.      Soerjono Soekampto mengemukakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatiannya pada segi kemasyarakatan yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum untuk kehidupan masyarakat.
c.       William Kornblum mendefinisikan sosiologi sebagai upaya ilmiah untuk mempelajari masyarakat dan perilaku sosial anggota dan menjadikan asyarakat yang bersangkutan dalam berbagai kelompok dan kondisi.
d.      Allan Johnson mendefinisikan sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari kehidupan dan perilaku terutama dalam kaitannya dengan suatu system sosial dan bagaimana system tersebut memengaruhi orang dan bagaimana pula orang yang terlibat di dalamnya memengaruhi system itu.
e.       Mayor Polak mendefinisikan sosiologi sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat sebagai keseluruhan, yakni hubungan di antara manusia dan kelompok, kelompok dan kelompok, baik kelompok formal maupun kelompok material atau baik kelompok statis maupun kelompok dinamis.
(Malihah & Kolip, 2011, 2-3)
Jadi pengertian sosiologi dilihat dari pendapat para ahli adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia satu dan lainnya. Dalam mempelajari sosiologi banyak sekali teori-teori sosiologi yang dicetuskan oleh para ahli sosiologi zaman dahulu yang berkaitan dengan masalah-masalah yang terjadi zaman dulu. Oleh karena itu dalam meningkatkan motivasi siswa pada pelajaran sosiologi guru harus selalu mengkaitkan teori-teori dengan masalah-masalah sosial yang terjadi saat ini supaya siswa juga bisa melihat langsung dan bahkan ada yang mengalami masalah tersebut. Sehingga pengalaman siswa secara langsunglah yang menjadikan pembelajaran itu bermakna bagi kehidupan siswa. Selain itu teori-teori yang ada dalam pelajaran sosiologi bukan hanya angan-angan saja namun dalam realitas kehidupan sekarangpun masih relevan dan bisa memberikan kepekaan kepada siswa terhadap masalah-masalah sosioal yang ada di lingkungannya serta siswa mampu menghadapi masalah-masalah itu secara cerdas.


4.      Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi belajar adalah suatu usaha yang didasari untuk menggerakkan, mengarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil dan tujuan tertentu.
Menurut Clayton Alderfer (dalam Nasar,2004:42) Motivasi belajar adalah kecenderungan siswa dalam melakukan kegiatan belajar yang didorong oleh hasrat untuk mencapai prestasi atau hasil belajar sebaik mungkin.

PEMBAHASAN
            Pelajaran sosiologi di SMA kebanyakan merupakan sebuah teori-teori hasil penelitian para ahli sosiologi zaman dulu. Namun terkadang guru harus mempunyai starategi atau model yang bisa menjadikan pembelajaran sosiologi menjadi menyenangkan dan menjadikan peserta didik termotivasi untuk belajar sosiologi lebih dalam lagi. Salah satu model yang bisa membuat siswa termotivasi untuk belajar sosiologi adalah menggunakan model CTL yang memadukan antara teori-teori atau isi materi pelajaran sosiologi di SMA dengan kehidupan nyata siswa sehingga belajar sosiologi merupakan belajar yang menyenangkan karena bisa langsung mengamati dan mencari tahu mengapa peristiwa itu terjadi. Siswa mengamati proses sosial yang terjadi di masyarakat secara langsung menyaksikan dan bahkan mungkin merasakan sendiri pengalaman itu bukan menurut cerita-cerita yang di ceritakan oleh guru di dalam kelas namun siswa langsung mencari tahu dan bertanya serta terjun langsung ke masyarakat. Dengan adanya pebelajaran CTL peserta didik dapat terotivasi untuk mau belajar sosiologi karena belajar sosiologi adalah belajar yang menyenangkan sebab berhubungan langsung dengan kehidupan masyarakat sendiri. Belajar sosiologi bukan hanya belajar duduk di kelas dan memperhatikan guru mentrasfer ilmunya namun belajar sosiologi adalah belajar di masyarakat sekitar yang paling terdekat. Bahkan ada yang mengatakan bahwa main ke mall, nongkrong di jalan, nongkrong di taman, naik mobil, dan lain-lain menurut jurusan sosiologi di universitas-universitas merupakan proses belajar yaitu belajar mengamati proses sosial karena memang laboratorium sosiologi adalam masyarakat. Pengamatan-pengamatan yang dilakukan baik di sengaja maupun yang tidak di sengaja merupakan proses belajar karena dalam model pembelajaran CTL peserta didik di tuntut untuk belajar bermakna.


            Dibawah ini merupakan beberapa materi-materi atau bahan pelajaran sosiologi yang dapat dikaitkan dengan kehidupan nyata.
No
Bahan/Isi Pelajaran Sosiologi
Kehidupan nyata
1.
Proses-proses Sosial:
 Interaksi sosial
Komunikasi sosial
Proses sosial
Proses sosial asosiasif
 Proses sosial disosiatif
Konflik sosial
a.       Interaksi sosial
Setiap saat dan setiap waktu kita selalu berinteraksi dengan orang lain. Misalnya siswa berinteraksi dengan guru, dengan temannya, dengan penjaga sekolah, dll. Materi interaksi ini bisa dihubungkan dengan kehidupan siswa. Bagaimana siswa menciptakan hubungan yang baik dengan pihak-pihak bersangkutan, menghormati kepada yang lebih tua dan menghargai kepada sesama. Setelah siswa melakukan interaksi dengan pihak terkait, siswa menceritakan dan guru membimbingnya. Hal-hal seperti ini bisa lebih mengingat siswa bahwa adanya materi interaksi sosial di dalam pembelajaran sosiologi daripada guru menjelaskan pengertian “interaksi adalah”, “interaksi yaitu” dan lain sebagainya.

b.      Komunikasi sosial
Komunikasi siswa bisa mengamati dan merasakan sendiri bagaimana komunikasi dengan temannya, orang tua, guru, dll. Baik komunikasi langsung tatap muka maupun komunikasi melalui hp, internet dll. Mengamati orang lain berkomunikasi, bagaimana siswa berkomunikasi, siswa dapat merasakannya sendiri.
Guru memberikan contoh kasus yang terjadi sekarang seperti dulu alat komunikasi berupa surat menyurat yang membutuhkan waktu lama untuk mendapat jawabah naun sekarang bisa memakai hp dengan aplikasi bbm, line, video call dan lain-lain.

c.       Proses sosial asosiasif
Kerjasama, akomodasi (penyelesaian masalah), asimilasi (mengurangi perbedaan-perbedaan). Siswa bisa merasakan dan mengalami bagaimana kerjasama yang baik seringkali siswa membuat tugas kelompok, bagaimana akomodasi atau penyelesaian masalah diantara siswa dengan teman sehingga tidak adanya rasa dendam dan ada pihak yang dirugikan. Asimilasi/ mengurangi perbedaan diantara teman, kita harus mepunyai sikap yang ramah meskipun teman kita berbeda dan lain-lain. Pengalaman-pengalaman siswa seperti inilah yang akan di ingat siswa.
Guru memberikan contoh kasus yang terjadi sekarang seperti penyelesaian masalah kasus KPK vs POLRI

d.      Proses sosial disosiatif
Persaingan, kontravensi dan pertikaian yang sering terjadi di sekitar siswa, baik itu sama teman sekelas, kakak kelas, di rumah, di media sosial
Guru memberi pebelajaran: siswa mengamati, mencari tahu penyebabnya, penyelesaiannya seperti apa. Sehingga siswa tidak melakukan tindak disosiasi.
Guru memberikan contoh kasus yang terjadi sekarang seperti pencemaran nama baik yang sering terjadi dikalangan artis Indonesia. Pencemaran nama baik di facebook dan media sosial lainnya.

e.       Konflik sosial
Konflik sering terjadi dikalangan SMA apalagi mereka memasuki masa-masa labil sehingga banyak sekali konfik. Konflik yang sering terjadi yaitu perebutan pacar, memikirkan melanjutkan sekolah (konflik pribadi). Bagaimana siswa itu bisa mengamati konflik di lingkungannya dan konflik temannya serta bisa mengatasi konfliknya sendiri.
Guru memberikan contoh kasus yang terjadi sekarang seperti tawuran antar sekolah

2.
Nilai dan norma:

Nilai: sesuatu yang dianggap berharga
Norma: aturan
Banyak sekali sesuatu yang dihargai baik itu di sekolah, keluarga, masyarakat dll. Siswa yang pintar, dan nilainya bagus akan di hargai.
Di sekolah juga terdapat norma yang mengatur seperti tata tertib sekolah, aturan di rumah, aturan di masyarakat. Siswa dapat mengamati dan mencari tahu nilai dan norma dikaitkan dengan materi nilai dan norma. Sudahkan siswa mendapat perhargaan atau tidak melaksanakan tata tertib sekolah? Banyak siswa yang melanggar tata tertib.
Guru memberikan contoh kasus yang terjadi sekarang seperti zaman dulu keturunan raja sangat di hormati dan memiliki hak istimewa namun sekarang telah berkurang.
3.
Sosialisasi dan pembentukan kerpribadian
Sosialisasi bisa mepengaruhi kepribadian. Sosialisasi yang baik akan menghasilkan pribadi yang baik. Sosialisasi dapat dilakukan oleh keluarga (menanamkan nilai-nilai yang baik). Siswa mengamati dan mencari tahu bagaimana jika ada keluarga yang sosialisasinya tidak sempurna akibatnya yaitu perceraian, broken home, dll. Pengaruh lingkungan juga mempengaruhi siswa seperti hidup di lingkungan pencuri maka akan mencuri, hidup di lingkungan agamis maka akan berperilaku agamis, dan lain-lain.
Guru memberikan contoh kasus yang terjadi sekarang seperti broken home, anak yang di tinggal ibunya menjadi TKW.
4.
Perilaku menyimpang dan anti sosial
Perilaku menyimpang sangat banyak terjadi di masyarakat, keluarga, sekolah. Dan banyak juga orang-orang yang anti sosial dan acuh tak acuh kepada lingkungan sekitar. Siswa bisa mengamati dan mencari tahu serta peka terhadapa masalah-masalah sosial dan kritis serta memberikan solusi untuk permasalahan sosial.
Guru memberikan contoh kasus yang terjadi sekarang seperti pelanggaran lalu lintas, narkoba dan lain-lain.
5.
Pengendalian sosial
Alat control untuk mengendalikan tingkah laku. Seperti pihak kepolisisan. Siswa dapat meneliti dan mencari tahu peran polisi, tugas dan wewenangnya.
6.
Lembaga kemasyarakatan
Banyak sekali lembaga kemasyarakatan. Siswa bisa mencari tahu bagaimana peran, fungsi lembaga tersebut. Dan apakah lembaga tersebut telah menjalankan fungsi dan tugasnya dengan baik.
Guru memberikan contoh kasus yang terjadi sekarang seperti lembaga perkawinan, lembaga pendidikan, pemerintahan dan lain-lain.
7.
Stratifikasi dan differensiasi
Stratifikasi: kekayaan, kekuasaan, telas menjadikan adanya kelas-kelas sosial di masyarakat. Siswa dapat mengamati dan mencari tahu adanya kesenjangan antara si kaya dan si miskin, penyelewengan kekuasaan terutama dalam keadilan, dll.
Differensiasi: ras, agama, suku bangsa. Tidak ada yang lebih tinggi melainkan semuanya setara. Siswa bisa mengamati dan mencari tahu adanya suku dan agama yang berbeda-beda di sekitar  kelasnya dan bagaimana cara menyikapi perbedaan itu.
Guru memberikan contoh kasus yang terjadi sekarang seperti karena pendidikan seseorang jadi dihargai dan di hormati serta naik ke strata atas.
8.
Mobilitas sosial
Mobilitas sosial sering kali terjadi terutama perpindahan masyarakat desa ke kota, lahan-lahan yang banyak dijadikan pabrik dan lain-lain. Siswa bisa mengamati dan mencari tahu kenapa itu bisa terjadi.
Guru memberikan contoh kasus yang terjadi sekarang seperti urbanisasi
9.
Multicultural
Negara kita adalah negala multicultural bagaimana siswa bisa saling enghormati, menghargai di atas perbedaan. Dan menghilangkan sikap etnosentrisme, prasangka buruk dan lain-lain hingga bisa hidup bersama dengan damai.
Guru memberikan contoh kasus yang terjadi sekarang seperti di kelas terdapat siswa yang berasal dari NTT, suku Jawa, suku Batak.

            Dengan pembelajaran yang melibatkan siswa melakukan sendiri dan mengkaitkan materi bahan pelajaran sosiologi atau teori-teori sosiologi dengan kehidupan nyata siswa maka akan menjadikan pembelajran tersebut selalu diingat. Berbeda halnya dengan guru hanya sekedar menyampaikan teori di kelas dengan contoh-contoh kasus terdahulu yang sama sekali siswa tidak mengetahuinya dan tidak terlibat langsung sehingga hanya hapalan-hapalan saja yang tidak tahan lama dalam ingatan siswa.

KESIMPULAN
Penerapan Model Contextual Teaching and Learning merupakan salah satu model pembelajaran inovasi yang mampu meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari sosiologi. Kemampuan guru dan kreatifitas guru untuk mengkaitkan teori dengan kenyataan yang sekarang terjadi sangat menentukan tingkat motivasi siswa pada pembelajaran sosiologi. Dengan menerapkan model CTL siswa dapat belajar bermakna karena terlibat langsung dengan masyarakat sekitar yang menjadi laboratorium pelajaran sosiologi. Meskipun pembelajaran sosiologi termasuk kedalam rumpun ilmu –ilmu sosial (IIS) yang kerapkali dipandang sebelah mata dengan strategi pelaksanaan pembelajan kebanyak guru di lapangan menerapkan metode ceramah, namun pada masa ini pembelajaran sosiologi telah mendapatkan model yang tepat untuk pembelajaran sosiologi yaitu model Contextual Teaching and Learning sehingga bisa meningkatkan motivasi siswa untuk mempelajari sosiologi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar